Seringkali, pemeriksaan riwayat penyakit, kita ‘lewatkan’ begitu saja, karena melihat kondisi pasien yang tampak ‘sehat’. Padahal beberapa pasien dengan riwayat penyakit tertentu bisa menimbulkan komplikasi yang serius.
Pada artikel sebelumnya,telah dibahas tentang mewaspadai pencabutan gigi pada wanita dengan kehamilan. Kali ini akan dibahas mengenai hubungan pencabutan gigi dengan penyakit Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus, atau sering disebut Kencing Manis, atau penyakit Gula, adalah suatu penyakit dimana pasiennya memiliki kadar glukosa darah yang melebihi normal (biasa diistilahkan hiperglikemia) karena tubuh mengalami defisiensi atau kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif, dalam darah yang biasa dihasilkan oleh pankreas.
Apabila tubuh kekurangan insulin, tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Kadang pasien DM tampak sehat. Tetapi memiliki beberapa gejala khas, antara lain;
- Polidipsi (sering merasa haus, banyak minum)
- Polifagi (sering merasa lapar)
- Poliuri (sering buang air kecil, terutama di malam hari)
- Sering mengantuk
- Berat badan menurun tanpa sebab
Pernah ada satu pasien, dateng ke puskesmas. Karena hari sudah siang, makanya gua langsung ‘gerak cepat’ biar sempat makan siang sebelum meluncur ke praktek swasta gw. Bertanya secukupnya, langsung gw cabut giginya. Tetapi, setelah pencabutan, gw mulai merasa was-was, karena darah yang keluar lebih banyak dari yang biasa gua lihat. Tunggu 10 menit, masih belum berhenti. Ternyata si pasien memiliki riwayat penyakit DM. Untung gw masih bisa berpikir tenang dan melakukan penjahitan pada luka bekas pencabutan setelah mengaplikasikan alvogyl, dan melakukan dap dengan tampon.
Atau kasus lain, pasien sering tidak jujur ke gw, karena takut giginya gak dicabut, karena rumahnya jauh. Padahal sering gak mereka sadari, kalo ada apa-apa dengan lokasi rumah yang jauh, justru lebih meningkatkan resiko tertangani dengan cepat..
Kasus-kasus ini untuk sekedar mengingatkan TS, agar bisa menerapkan hal-hal yang dibahas pada artikel sebelumnya.
- INGAT, bahwa semua pasien, dalam range usia 40 tahun keatas, berat badan berlebih, mempunyai kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus. Tetapi itu bukan patokan pokok. Pasien usia 40 tahun ke bawah juga memiliki kemungkinan yang sama besar dengan pasien usia 40 tahun keatas untuk menderita DM. Begitu juga pasien yang tidak terlalu gemuk.
Penderita DM memiliki masalah dengan pembekuan darah pada luka atau perdarahan, meskipun kecil. Sedangkan pencabutan gigi (biasanya) akan ‘meninggalkan’ bekas luka yang besar dan (kadang) perdarahan yang banyak.
- PERHATIKAN, apakah ada gambaran atau gejala yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus. Misalnya, pasien usia muda dengan kehilangan gigi yang banyak. Atau pasien usia lanjut dengan gigi-gigi goyang tanpa ada penyebab yang jelas. Di Puskesmas, biasanya penderita DM terkontrol memiliki riwayat di kartu statusnya. Jangan pernah lupa memperhatikan riwayat penyakit yang ada di rekam medis umum pasien.
- PERHATIAN. Bila mencurigai pasien menderita DM, beri perhatian khusus pada pasien. Tanyakan pertanyaan yang menyangkut gejala khas yang biasanya dimiliki pasien DM seperti yang telah dijelaskan diatas. Apakah pasien cepat merasa haus, banyak buang air kecil pada malam hari, dlsb.
Apabila pasien ‘mengaku’ bahwa dia memiliki DM, jangan serta merta pula kita langsung membatalkan pencabutan.
Tanyakan, apakah DMnya terkontrol secara rutin? Kapan terakhir kali pasien kontrol? Apakah pasien meminum obatnya secara teratur? Kapan terakhir kali memeriksakan kadar gula darahnya? Berapa “angka” yang keluar pada saat pemeriksaan gula darah terakhirnya (baik SEWAKTU ataupun PUASA)?
Jika kondisi pasien tidak begitu mendukung, berdasarkan jawaban yang diberikan, baru tunda rencana pencabutan.
Rujuk pasien ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam, untuk penanganan sebelum tindakan. Biasanya rujukan ke dokter SpPD akan lebih memudahkan tindakan pencabutan yang akan kita lakukan nantinya.
No comments:
Post a Comment