Wednesday, September 28, 2011

OBESITAS


OBESITAS sudah mulai merebak pada orang dewasa maupun anak. Perubahan tingkat ekonomi  tidak mempengaruhi menurunnya tingkat obesitas di masyarakat. Status overweight pada populasi di anak berhubungan dengan kebiasaan di lingkungan sekitar yg menunjang. Dan bila tidak diobati sejak dini akan berdampak sampai dewasa.  Peningkatannya bisa mencapai 20% pada usia 4 tahun dan mencapai 80% pada usia dewasa.


Obesitas adalah : penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidak seimbangan    antara asupan energi (energy intake)  dengan pemakaian energi  (energy expenditure).

PATOFISIOLOGI
Obesitas terjadi karena adanya  kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek/ kerusaan genetik (meliputi 10%).

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu  1. Pengendalian rasa lapar dan kenyang,
2. Mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
3. Regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,  usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor mengembangnya lambung dan asam dan enzym dalam lambung, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan  energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide ,sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. (Proses yang terjadi di otak)
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor resiko yang saling berkaitan terutama faktor genetik dan lingkungan. Sedangkan riwayat keluarga adalah faktor resiko terkuat sampai sekarang. Bila salah satu orangtuanya obesitas maka rasionya akan lebih kecil dbanding bila kedua orangtuanya obesitas.
Pada faktor lingkungan akan memberikan potensi lebih banyak dari kebiasaan makan di keluarga, konsumsi berlebihan dari karbo yang menjadi kebiasaan, makan sambil menyaksikan televisi, pengetahuan yang minim tentang standar makanan yang sehat.
Perjalanan Perkembangan Obesitas

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam
kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu:
-       periode pranatal, terutama trimester 3 kehamilan,
-       periode adiposity rebound pada usia 6 – 7 tahun
-       periode adolescence(menjelang dewasa).
Pada bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade
berikutnya dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.7 Menurut Taitz,
50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi.
Sedang penelitian di Jepang menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa dewasa dan risiko obesitas ini diperkirakan sangat tinggi, dengan OR 2,0 – 6,7.
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan orang
tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14 tahun dengansalah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.
GEJALA KLINIS
Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :
a. Apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
b. Pear shape body/gynecoid  (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan paha)
Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain :
a.    wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap
b.    leher relatif pendek
c.    dada membusung dengan payudara membesar
d.    perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen (garis2 putih di perut)
e.    pada anak laki-laki : Burried penis/ penis yang tidak terlihat krn tertutup lemak perut, gynaecomastia (tumor kelenjar payudara)
f.     pubertas dini
g.    genu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling  menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi/lecet pada  kulit
CARA PEMERIKSAAN
1.  Anamnesis :
Saat mulainya timbul obesitas : prenatal( sebelum lahir), early adiposity rebound, remaja
Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas)
Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
Riwayat gaya hidup :     a)  Pola makan/kebiasaan makan
b) Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi sambil makan
Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti  penyakit  kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipe II.
2.   Pemeriksaan fisik :
Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas
3.  Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran
antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila
BB > 120% BB standar.
b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB
> persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score = + 2 SD.
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK).
Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak
digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat,
tetapi tidak praktis untuk dilapangan.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.



PENCEGAHAN
Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup Yang terutama menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan :


·  Usia anak : 2-7 tahun dan diatas 7 tahun
·  Derajat obesitas
·  Ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.
Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun dengan komplikasi dan usia diatas 7 tahun (dengan/tanpa komplikasi) dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan aktifitas fisik). Target penurunan berat badan  dengan kecepatan   0,5-2 kg per bulan, sampai mencapai berat badan ideal.



TIPS PENCEGAHAN KEGEMUKAN PADA ANAK
1.    Menyediakan Makan Pagi

Jangan pernah melewatkan makan pagi, beberapa penelitian mengatakan bahwa anak yg menyantap makan pagi dapat lebih berkonsentrasi pada pagi hari. Ada juga yg mengatakan bahwa BMI nya lebih rendah dibandingan anak yang tidak menyantap makan pagi.

2.    Seimbangkan makanan antara Karbohidrat dan Protein

Protein membantu menstabilkan kadar gula darah, memperlambat pencernaan, dan memberi efek kenyang untuk waktu yg lama

3.    Hindar kalori dalam bentuk cairan (terkecuali susu skim, susu 1 % rendah lemak dan susu kedelai) jangan memberi anak anda jus buah atau sayur yang mengandung gula, karena kalori dalam bentuk cairan lebih mudah dicerna tanpa memberi rasa kenyang.

4.    Kenyangkan dengan serat
Serat yang tidak mudah dipecah membutuhkan waktu lebih lama untuk dikunyah dan memberikan volume pada makanan itu sendiri tanpa menambah kalori. Sedangkan serat yang mudah dipecah akan menstabilkan gula darah dan memberi efek tidak mudah lapar.

5.    Sediakan sayuran dan buah setiap saat

6.    Buatlah waktu makan yang menyenangkan dan batasi melihat TV sambil  makan

Dengan cara membantu menyiapkan hidangan seperti mereka bermain “rumah-rumahan” akan memberi nuasa senang dulu dengan makanan.

No comments:

Post a Comment