Selain dengan melihat gejala-gejala yang ditimbulkan pada penderita diabetes mellitus, kita juga dapat melakukan diagnosis diabetes melalui tes laboratorium. Tes laboratorium merupakan serangkaian metode untuk melakukan diagnosis diabetes melalui pengambilan sampel darah dan urine dari penderita diabetes.
Cara diagnosis diabetes melalui tes laboratorium ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Selain kita dapat memastikan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak, kita juga dapat menentukan tipe diabetes yang diderita serta dapat diketahui faktor penyebabnya. Hal ini penting untuk pengambilan keputusan dokter dalam memberikan obat dan saran-saran yang harus dijalankan.
Diagnosis diabetes melalui tes laboratorium memang relatif mahal karena dibutuhkan bahan pereaksi kimia dan alat pengukur diabetes yang harganya juga mahal. Namun tentunya Anda tidak akan sia-sia melakukan tes laboratorium ini mengingat hasil diagnosis diabetes merupakan dasar pengambilan keputusan dokter untuk melakukan tindakan yang tepat sehingga penyakit diabetes yang diderita dapat tertangani dengan cepat. Berikut ini beberapa pengujian diagnosis diabetes melalui tes laboratorium.- Tes urine.
- Tes urine digunakan untuk mengetahui kandungan gula di dalam urine. Tes ini meliputi uji Benedict dan uji Dipstick
- Uji Benedict digunakan untuk menentukan adanya glikogen dalam urine. Mula-mula sampel urine dari penderita diabetes diambil. Kemudian ambillah 8 tetes urine tersebut ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya sampel tersebut ditetesi dengan pereaksi Benedict sebanyak 5 tetes. Kemudian sampel tersebut dipanaskan sampai terbentuk warna. Sifat warna inilah yang memberikan petunjuk kadar gula dalam urine.
- Pada hasil uji Benedict, jika warna yang dihasilkan adalah merah bata, maka urine tersebut mengandung lebih dari 2% glukosa, yang artinya orang tersebut menderita penyakit diabetes.
- Pada dasarnya uji Benedict untuk mengetahui kandungan senyawa aldehida. Oleh karena itu, pada uji benedict akan memberikan warna bahkan jika ada gula-gula lain yang terdapat dalam urine, seperti maltosa, galaktosa, sukrosa fruktosa, dan lain-lain.
- Uji Benedict tidak dapat digunakan untuk penderita hipogleikimia.
- Sedangkan pada uji Dipstick digunakan untuk memastikan adanya gula dalam urine. Pada dasarnya Dipsticks merupakan strip kertas yang mengandung zat kimia tertentu dan akan berubah warna jika bereaksi dengan gula. Perubahan warna yang terjadi tergantung pada bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan dipstick tersebut. Pada uji Dipstick warna yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan warna yang terdapat pada buku manual.
- Tes Darah
- Tes darah mengandung beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes urine, yaitu dapat mengetahui hipogleikimia.
- Mula-mula sampel darah penderita diabetes diambil dengan menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke jari. Darah yang menetes keluar, kemudian diletakkan pada sebuah strip khusus. Strip yang mengandung zat kimia tersebut, selanjutnya bereaksi dengan gula yang terdapat dalam darah.
- Setelah ditunggu beberapa menit, strip tersebut akan mengering dan menunjukkan warna tertentu. Kemudian warna yang dihasilkan strip tersebut dibandingkan dengan skala warna pengukuran.
- Tes darah juga dapat dilakukan dengan alat photometer. Dengan alat ini proses diagnosis diabetes dapat diketahui dengan cepat dan tepat. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.
- Berdasarkan hasil tes, jika seseorang mempunyai kadar gula darah puasa lebih dari 110mg% dan kadar gula darah 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg% maka dapat disimpulkan bahwa orang tersebut menderita diabetes.
- Tes puasa glukosa plasma (FPG)
- Uji FPG digunakan untuk mendiagnosis diabetes dan pradiabetes yang biasanya dilakukan pada pagi hari.
- Berdasarkan hasil tes, jika seseorang mempunyai kadar glukosa puasa 100 sampai 125 mg/dL berarti orang tersebut memiliki gangguan glukosa puasa (IFG) atau disebut juga dengan gejala pradiabetes.
- Selanjutnya jika seseorang mempunyai kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengidap penyakit diabetes.
- Uji toleransi glukosa oral (OGTT)
- Dalam mendiagnosis penderita pradiabetes uji OGTT lebih diandalkan karena lebih sensitif dibandingkan dengan uji FPG,
- Sebelum dilakukan uji OGTT, terlebih dahulu pasien berpuasa minimal 8 jam. Selanjutnya pasien diukur kadar glukosa plasma.
- Kemudian pasien minum cairan yang mengandung 75 gram glukosa telah dilarutkan dalam air. Selang 2 jam kemudian pasien diukur kembali kadar glukosa plasmanya.
- Berdasarkan hasil tes, jika seseorang memiliki kadar glukosa darah antara 140 dan 199 mg/dL 2 jam setelah minum cairan tersebut, maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki gangguan toleransi glukosa (IGT) atau disebut juga dengan gejala pradiabetes.
- Selanjutnya jika seseorang memiliki kadar glukosa lebih dari 200 mg/dL, maka dapat dikatakan orang tersebut mengidap penyakit diabetes.
- Uji glukosa plasma secara acak
- Pada kondisi akut yang ditandai dari besarnya nilai hasil tes FPG dan uji OGTT, yaitu lebih dari 200 mg/dL dan ditambah adanya gejala seperti sering buang air kecil, rasa haus berlebihan dan terjadinya penurunan berat badan, maka perlu dilakukan uji glukosa plasma secara acak.
- Pada uji ini dokter akan memeriksa kadar glukosa darah orang tersebut pada hari lain dengan menggunakan uji FPG atau OGTT untuk mengkonfirmasikan diagnosis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara diagnosis diabetes masing-masing tes memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu berbagai tes diagnosis diabetes di atas bersifat melengkapi antara satu sama lain. Dengan semakin lengkapnya data yang diperoleh dari hasil pengujian diagnosis diabetes, maka semakin tepat dan akurat terapi yang akan diberikan oleh dokter.
Kemudian dokter akan memberikan terapi dan beberapa saran untuk Anda ikuti.
Jika Anda mengikuti prosedur yang benar mengenai pemeriksaan diagnosis diabetes di atas, niscaya gejala sakit yang yang Anda derita akan berkurang.
No comments:
Post a Comment