Nyeri kepala adalah nyeri yang paling banyak dikeluhkan penderita selain nyeri pinggang saat berobat ke dokter, dan nyeri kepala merupakan gejala awal yang diderita sekitar 30 persen pederita tumor otak.
Tidak diragukan lagi, jumlah penderita tumor pada otak terus meningkat. Dahulu penyakit ini kerap mendera orang tua di usia 70an, namun kini usia penderita bergeser pada dewasa muda hingga paruh baya.
Sedangkan pada anak-anak, penyakit ini menduduki peringkat ke-2 dalam kategori kanker setelah leukimia. Bahkan di beberapa negara, tumor otak malah menempatkan peringkat teratas!
Apa sajakah gejalanya?
Tumor otak berasal dari pertumbuhan sel-sel otak yang tidak wajar. Terdapat kondisi yang memicu pertumbuhan sel-sel tersebut di luar batas normal dan terjadilah tumor. Ketika tumor ini mencapai ukuran tertentu, akan nampak beberapa gejala klinis.
Tumor otak dapat terjadi secara primer atau sekunder, artinya, pertama kali muncul di otak (primer) atau di bagian tubuh yang lain (sekunder), kemudian menyebar hingga ke otak.
Tumor ini dapat bersifat jinak (tumbuh perlahan, contohnya sekitar 10 tahun atau lebih), atau ganas (tumbuh dengan cepat, dan menyerang bagian tubuh yang lain, misalnya dalam 1-2 tahun).
Meskipun gejala-gejala klinis yang muncul berkaitan erat dengan lokasi dan ukuran tumor otak tersebut, gejala paling umum adalah sakit kepala hebat yang semakin parah di pagi hari, yang kadang dibarengi dengan mual dan muntah, serta gangguan penglihatan seperti kabur atau penglihatan ganda.
Penderita dapat juga mengalami kebingungan, perubahan ciri kepribadian, rasa lemah pada lengan atau kaki, cadel, penurunan fungsi pendengaran, hingga epilepsi. Jika gejala-gejala tersebut terjadi, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bagaimana diagnosis ditegakkan?
Dokter akan melakukan pemeriksaan neurologis guna mengevaluasi syaraf-syaraf otak, penglihatan, pendengaran, keseimbangan, reflek dan koordinasi motorik. Pemeriksaam radiologi otak kemudian akan dilakukan, seperti scan CT, scan MRI, angiogram, spektroskopi teresonansi magnetik dan tomografi emisi foton-tunggal terkomputerisasi (single-photon emission computerized PET). (Gambar ilustrasi menunjukkan hasil MRI tumor pada otak).
Dengan semakin meningkatnya angka penderita tumor otak, penting untuk mengenali gejala-gejala awal sedini mungkin dan segera periksakan diri ke dokter spesialis untuk memastikan. Ingat, deteksi dan penanganan dini akan membawakan hasil yang lebih baik. Untuk info lebih lanjut kunjungi www.flyfreeforhealth.com atau email ke info@flyfreeforhealth.com.
(Dr. Keith Goh Konsultan Bedah Syaraf di International Neuro Associates, Novena Medical Centre, Singapura)
Sementara itu, menurut Dokter ahli saraf di Lampung, "Gejala tumor otak tergantung letak dan kecepatan pertumbuhannya. Namun gejalanya muncul secara tersamar yang biasanya dimulai dengan gangguan mental ringan yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang berhubungan dekat dengan penderita, seperti mudah tersinggung, emosinya labil, pelupa, lamban dan kurang inisiatif, serta depresi," kata dokter ahli saraf di Lampung, dr Ruth Mariva SpS di Bandarlampung.
Dalam seminar sehari tentang nyeri kepala yang diselenggarakan RS Imanuel Way Halim, di Bandarlampung itu, Ruth mengatakan nyeri kepala biasanya sulit digambarkan dan bervariasi, mulai dari yang ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut atau meletup, yang umumnya bertambah berat pada malam, saat bangun pagi dan saat perubahan posisi.
Pada awalnya, nyeri kepala tumor disebabkan pembengkakan lokal sekitar tumor atau akibat kerusakan pembuluh darah sekitar tumor, dan akhirnya disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam kepala.
Selain nyeri kepala, katanya, pada tumor otak juga ditemukan gejala mual muntah terutama jika lokasi tumor di bagian belakang, kejang- kejang, dan mengalami gangguan penglihatan dan kelemahan saraf lainnya.
"Penderita biasanya datang ke dokter dengan keluhan nyeri kepala di daerah depan (dahi) dan kepala belakang, yang biasanya sudah berlangsung lama dan progresif," katanya.
Berdasarkan penelitian IHS (International Headache Society) tahun 1988 dan disepakati oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), terdapat 13 kelompok nyeri kepala, di antaranya adalah migren, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala akibat trauma kepala, nyeri kepala akibat infeksi, dan nyeri kepala akibat gangguan metabolik.
Jika dilihat dari waktu dan lamanya serangan, nyeri kepala dapat dibagi atas nyeri kepala akut dan kronis.
Menurut dr Ruth, nyeri kepala akut dan hebat memerlukan penanganan segera karena merupakan gejala dari penyakit- penyakit berbahaya, seperti penyakit pada pembuluh darah otak (stroke, thrombosis, hipertensi maligna), infeksi otak ( meningitis, ensefalitis, abses) dan keracunan karbon monoksida.
Disebutkannya, kebanyakan nyeri kepala merupakan gejala yang ringan, namun dapat juga sebagai gejala suatu penyakit yang serius atau berbahaya, misalnya apabila nyeri kepala hebat secara tiba-tiba, bertambah berat dan progresif, disertai kejang dan pingsan, terjadi saat aktifitas dan gangguan penglihatan.
Ruth menambahkan , nyeri kepala harus ditangani secara komprehensif, tidak hanya mengobati gejala/ keluhannya saja dengan memberikan obat penghilang nyeri, tetapi juga dengan mendeteksi dan menyingkirkan penyebab terjadinya keluhan tersebut.
Penggunaan obat nyeri kepala yang tidak tepat dan berlebihan akan menimbulkan ketergantungan dan nyeri kepala susulan yang berkepanjangan.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyebutkan bahwa 20 persen pasien yang berobat ke Poliklinik Saraf RS Imanuel Bandarlampung, Januari- Juni 2007, adalah penderita nyeri kepala. Sekitar 65 persen penderitanya adalah wanita dan lebih dari 50 persen menderita nyeri kepala tegang.
No comments:
Post a Comment