Friday, December 30, 2011

HAPPY NEW YEAR 2012

Ucapan Tahun Baru 2012 - Sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun baru 2011 dan akan menyambut kedatangan tahun 2012, tentunya kita berharap tahun 2012 semoga lebih baik daripada tahun yang sebelumnya khususnya buat diri kita sendiri. Tahun Baru pasti tidak lepas dari Kembang Api, Ucapan Selamat Tahun Baru 2012, baju baru mungkin, hehe
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap pergantian tahun kita selalu mengucapkan ucapan tahun baru untuk diberikan kepada teman, kerabat ataupun keluarga kita baik melalui ucapan langsung, lewat telepon, wall facebook ataupun lewat SMS. Nah pada kesempatan kali tidak ada salahnya dong share contoh SMS Tahun Baru 2012 buat besok. Nah dibawah ini ada beberapa contoh ucapan tahun baru yang bisa anda gunakan bila anda suka
* Masa lalu adalah kenangan… 
masa kini adalah kenyataan… 
masa depan adalah harapan… 
selamat tahun baru 2012… 
selamat tinggal kenangan.. 
selamat datang harapan…

* sebelum operator sibuk… 
sebelum sms pending mulu… 
sebelum batere low bat.. 
hepi new year yeah

* Makan tomat bareng Kangguru 
Ada ikan beku di peti es
Selamat Tahun Baru
Semoga selalu sukses

* FAITH makes all things possible,
HOPE makes all things work,
LOVE makes all things beautiful.
May you have all three in this New Year 2012

* SMiLE-it makes U look nice!
PRAY-it makes U stronger!
GIVE-it makes U richer!
LOVE-it makes U know life!

* Yesterday is memory. 
Today is a gift. 
Tommorow is a Hope. 
Let’s begin New Year 2012 with faith, love, peace and new hope. 
GBU

* Happy New Year 2011. 
May this new year bring us a new spirit to reach all your dreams, 
good health and a happiness forever…

Tuesday, December 27, 2011

Apa itu Progeria ????

Bagaimana, sih, ihwal munculnya penyakit itu? Progeria adalah kelainan genetik yang memang sangat jarang terjadi. Progeria berasal dari bahasa Yunani yaitu geras yang berarti usia tua. Jadi si penderita mengalami penuaan dini dengan kecepatan yang berkisar 4-7 kali lipat dari proses penuaan normal. Contoh konkretnya, bila si anak yang mengalami progeria berumur 10 tahun, maka penampilannya akan tampak seperti orang berusia 40-70 tahun! Artinya, semua organ tubuh si bocah, termasuk organ pernapasan, jantung, maupun sendi-sendinya sudah mengalami kerentaan.

Menurut penjelasan ilmiahnya, telah terjadi mutasi gen tunggal yaitu pada gen LMNA yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein lamin A dan lamin C. Protein ini bertugas menstabilitasi selaput dalam dari inti sel (inner membrane). Diduga ketidakstabilan karena mutasi itulah yang menyebabkan terjadinya penuaan dini pada anak-anak penderita progeria. "Sayangnya, sampai sejauh ini hasil penelitiannya masih sebatas itu."






Yang pasti, kata dokter spesialis anak yang mendalami bidang genetika klinik ini, mutasi gen bisa terjadi pada siapa saja. Prosesnya berlangsung secara sporadik atau bisa tiba-tiba muncul dan dapat dialami siapa pun. "Tadinya ada yang menduga, penyakit ini bersifat resesif. Artinya, didapat dari ayah-ibu yang mengandung gen yang mengalami mutasi tadi. Toh, nyatanya pada mereka progeria tak muncul. 



Kasus progeria pertama kali dikemukakan oleh Dr. Jonathan Hutchinson pada tahun 1886 dan oleh Dr. Hastings Gilford sebelas tahun kemudian. Makanya penyakit ini sering disebut sebagai Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS).




KENALI GEJALA KLINIS

Progeria berbeda dengan penyakit-penyakit lain yang biasanya sudah bisa terdeteksi saat masih bayi, bahkan selagi masih dalam kandungan. Penyakit ini justru muncul setelah anak berusia satu tahun. Tak heran kalau di rentang usia 0-1 tahun ia kelihatannya normal-normal saja, baru selewat usia itu akan terlihat jelas proses penuaannya.

Ahli neonatologi ini kemudian menyebut beberapa gejala klinis progeria yang cukup membuat bulu kuduk bergidik. Umpamanya, rambut yang semula lebat kemudian rontok dan tak tumbuh lagi, pembuluh darah di bagian kepala tampak jelas, jaringan lemak di bagian bawah kulit berkurang bahkan menghilang sehingga kulit menjadi keriput, dan kuku tak tumbuh sempurna tapi tumbuh melengkung serta rapuh. Selain itu, ada pengerasan di persendian, tulang patah atau retak yang tak kunjung sembuh maupun pengeroposan tulang. Gigi geliginya terlambat tumbuh, bahkan ada juga yang tak tumbuh sama sekali selain tak teratur susunannya.

Gejala yang bisa berakibat fatal adalah jika mengalami kekakuan pembuluh darah. Terlebih bila kekakuannya terjadi di pembuluh darah jantung, maka kemungkinan besar si penderita akan mendapat serangan jantung atau stroke. "Pembuluh darah jantung mesti diperhatikan karena menjadi penyebab utama kematian di kalangan penderita progeria. Salah satu jalan keluarnya adalah operasi by pass."

Akibat adanya mutasi gen itu pula, perkembangan tulang penderita progeria akan terganggu dan mengalami degenerasi tulang. Dengan begitu, kalau dihitung-hitung pertumbuhan tulangnya cuma setengah atau bahkan sepertiga dari pertumbuhan tulang anak normal seusianya. Makanya kalau diperhatikan dengan saksama, yang bersangkutan akan terlihat seperti orang yang sudah tua. Meski begitu, mata seorang penderita progreria tidak pernah mengalami katarak layaknya kaum lanjut usia.




Untungnya, faktor intelegensi atau perkembangan kemampuan berpikir anak penderita progreria tidak terganggu. Hanya saja secara psikologis, mungkin ia relatif sensitif karena merasa dirinya berbeda dari teman-temannya atau tak bisa selincah anak seusianya. "Dia hanya bisa melakukan permainan-permainan yang tak membutuhkan banyak tenaga karena mudah capek."


TAK BISA DIOBATI

Untungnya lagi, populasi penderita progeria masih sangat jarang, diperkirakan hanya satu dari delapan juta orang. Bahkan di seluruh dunia diduga kasus progeria cuma dialami oleh 30-40 orang. Saking sedikitnya kasus yang muncul, tak heran bila penelitian-penelitian mengenai penyakit ini masih belum banyak.




Yang membuat hati miris, rata-rata penderita progeria hanya bisa bertahan hidup hingga umur 14 tahun. Dapat dihitung dengan jari penderita progeria yang bisa mencapai usia 20 tahunan. "Mungkin hanya satu atau dua orang saja, karena organ tubuhnya seperti orang tua. Coba 14 dikalikan tujuh, di usia itu kondisi tubuhnya sudah seperti orang yang berusia 98 tahun."

Sedihnya lagi, hingga saat ini tidak ada terapi atau pengobatan sama sekali bagi para penderita progeria. Pengobatan yang bisa dilakukan baru sebatas simptomatik atau menangani gejala-gejala yang timbul dan bukannya mengobati penyakit itu sendiri. Jadi bila anak progeria panas, ia akan diberi obat penurun demam dan kalau diare akan diberi obat antidiare. Sementara kekakuan sendi-sendinya diminimalkan dengan fisioterapi.


7 Penyebab Anda Sulit Konsentrasi

Setiap orang pasti pernah mengalami situasi di mana sulit untuk berkonsentrasi. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang status usia.
Untuk mengetahui apa saja pemicunya, berikut ini adalah 7 (tujuh) alasan kenapa pikiran Anda mudah mengambang yang disertai anjuran para ahli:

1.  Kadar hormon rendah

Pikiran mudah buyar adalah sinyal bahwa Anda mungkin kekurangan vitamin atau hormon, terutama jika dibarengi dengan rasa lelah luar biasa. "Jika ada kekurangan pada hormon tiroid, metabolisme jadi melambat sehingga mengurangi aliran darah dan fungsi sel di berbagai bagian otak," kata Dr Orford, Staf Ahli dari Mayo Clinic, Preventive Medicine Division, di Scottsdale.

Lakukan ini: Buatlah janji dengan dokter Anda untuk sekadar berkonsultasi. Setelah itu, buat daftar setiap kali ada perubahan gangguan kesehatan untuk membantu mendeteksi sumber masalah terkait gangguan konsentrasi.

"Anda juga dapat melakukan pemeriksaan medis lebih komprehensif, termasuk tes darah," kata Dr Orford. Di samping itu, Anda juga dapat meminta dokter untuk menguji faktor risiko kardiovaskular, seperti hipertensi, kolesterol, sindrom metabolik atau pradiabetes. Pasalnya, jika tidak segera diobati, dapat menyebabkan penurunan kognitif.

2. Hormon sudah rusak


Sulit untuk berkonsentrasi adalah keluhan paling umum dari perempuan yang mengalami perimenopause, kata Kimberly Pearson, MD, seorang psikiater di Massachusetts General Hospital Center, Women Mental Health.

Lakukan ini: Jika tanda-tanda lain menunjuk ke perimenopause (hot flashes, berkeringat di malam hari, kekeringan vagina), untuk jangka pendek pertimbangkan untuk menjalani terapi hormon pengganti.

"Kebanyakan perempuan yang sudah melakukannya merasa seperti mendapatkan kembali ingatannya," katanya.

3. Pengaruh obat


Beberapa obat-obatan tertentu seperti anti-depresan dapat memengaruhi suasana hati (mood) dan konsentrasi ketika Anda memutuskan untuk berhenti mengonsumsinya. Antihistamin, misalnya, obat penenang ini dapat memicu rasa kantuk yang cukup lama.

Coba ini: Catat semua obat-obatan yang Anda konsumsi dan tanyakan kepada dokter Anda, apakah ada dari obat-obatan tersebut yang dapat menyebabkan gangguan konsentrasi.

4. Rokok

Selain merusak kesehatan secara umum, efek rokok juga dapat memengaruhi daya konsentrasi Anda. Semakin banyak dan lebih lama Anda merokok, materi abu-abu pada otak lebih cepat hilang. Bahkan, ketika mencoba berhenti merokok, Anda akan mengalami kesulitan berkonsentrasi, kata Christopher Kahler, PhD, dari Brown University.

"Ini adalah keluhan umum para perokok. Tetapi, Anda akan lebih mendapatkan lebih banyak keuntungan secara psikologis jika berhenti merokok," katanya.

Lakukan ini: Semakin senang perasaan Anda ketika mencoba untuk berhenti, maka semakin besar kemungkinan Anda untuk berhasil, kata Kahler. Intinya adalah bagaimana Anda bisa untuk meningkatkan suasana hati (mood).

5. Makan tidak sehat

Apa yang Anda makan berdampak besar pada kejernihan mental, kata Laura Middleton, PhD, asisten profesor kinesiologi di University of Waterloo di Ontario. Kebiasaan makan yang buruk meningkatkan risiko penyakit, seperti obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, dan penyakit lainnya yang dapat mengganggu fungsi kognitif dan memicu obesitas—membuat lebih sulit untuk tetap aktif, yang penting untuk kesehatan otak.

Lakukan ini: "Jika itu baik bagi jantung dan sistem kardiovaskular, maka itu baik pula bagi otak," ungkap Middleton, yang menyarankan untuk berpegang pada prinsip-prinsip Diet Mediterania (diet tinggi ikan, sayuran, dan rendah makanan lemak jenuh dan diproses).

6. Sibuk


Pekerjaan yang menetap sepanjang hari di balik meja atau di belakang kemudi mobil jangan dianggap baik. Pekerjaan yang cenderung menetap dan tidak melibatkan aktivitas fisik dapat memengaruhi pikiran Anda. Agar pikiran tetap tajam, Anda harus tetap bergerak. Olahraga dapat meningkatkan produksi zat yang memperlambat pembentukan plak pemicu penyakit Alzheimer.

"Butuhkan waktu beberapa minggu untuk dapat merasakan manfaatnya. Tetapi, setelah itu Anda akan mengalami perubahan positif dengan cepat," kata Middleton.

Lakukan ini: Lakukan aktivitas kardiovaskular selama 30 menit dengan periode 3-5 kali dalam seminggu. "Jika Anda dapat melakukannya selama satu jam, itu bagus," kata Middleton, yang juga mengimbau untuk menyertakan latihan beban. Middleton dan rekan menemukan bukti bahwa dengan menjadi aktif sepanjang hari dapat membantu menjaga pikiran tetap tajam.

7. Cemas berlebihan

Perasaan cemas yang berlebihan bisa menjadi penyebab Anda sulit berkonsentrasi. Sebab, dengan suasana hati yang gelisah, seseorang biasanya menjadi hiper-waspada dengan lingkungan sekitarnya.

Lakukan ini: Jika Anda tidak bisa berkonsentrasi karena terlalu khawatir, berhenti melakukan pekerjaan dan lakukan sesuatu yang menyenangkan untuk menghapus ketegangan di kepala Anda, kata Susan Nolen-Hoeksema, PhD, profesor departemen psikologi di Yale. Cobalah untuk pergi jalan-jalan, mencoba resep baru, atau bermain dengan teman.

5 Mitos Vaksin yang Menyesatkan

Meski sudah diperkenalkan sejak awal abad 20, hingga saat ini cakupan vaksinasi di berbagai tempat belum mencapai 100 persen. Malah, jumlah anak yang mendapat vaksin menurun. Di Indonesia sendiri cakupan imunisasi baru sekitar 60 persen.

Padahal, vaksinasi sudah terbukti menjadi cara yang murah dan efektif untuk mencegah angka kesakitan dan kematian pada anak-anak akibat penyakit infeksi.

Berikut adalah lima mitos menyesatkan seputar vaksin dan fakta di balik mitos itu.

1. Vaksin tidak penting
Sampai saat ini penyakit yang berhasil dieradikasi (hilang) barulah cacar bopeng (small pox). Penyakit lain, meski vaksinnya sudah ditemukan puluhan tahun lalu, masih ada. Misalnya saja polio, cacar air atau batuk rejan.

2. Anak-anak mendapat terlalu banyak vaksin dan terlalu dini
Vaksin adalah cara paling efektif untuk mencegah infeksi penyakit yang dihadapi anak-anak dari lingkungan setiap hari.

"Tubuh anak terus menerus menghadapi banyak hal yang membuat sistem imun mereka bekerja keras, mulai dari bakteri di tubuh kita sendiri juga bakteri yang berasal dari makanan, minuman dan udara," kata Paul Offit, direktur Vaccine Education Center dari RS Anak Philadelphia.

Pakar imunologi dari University of California, AS, meneliti jumlah vaksin yang bisa direspon oleh tubuh seseorang pada satu waktu. Setelah mempertimbangkan berbagai jenis komponen dalam vaksin, termasuk protein bakteri, mereka menemukan bahwa bayi dan anak-anak bisa merespon dengan aman 100.000 vaksin dalam sekali waktu. Padahal rata-rata seorang anak mendapatkan 14 jenis vaksin dalam waktu dua tahun.

3. Vaksin MMR sebabkan autisme
Mitos ini mulai berkembang tahun 1998 ketika Dr.Andrew Wakefield dan timnya mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal The Lancet. Mereka mengamati kesehatan 12 anak, yang 8 diantaranya mengalami gangguan perkembangan yang menurut orangtua anak-anak itu disebabkan oleh vaksin MMR. Hasil studi itu menimbulkan kepanikan di seluruh dunia dan menyebabkan jumlah anak yang mendapatkan imunisasi turun drastis.

Padahal awal tahun ini para editor dari The Lancet secara resmi menyatakan menarik penelitian itu karena menyebarkan informasi keliru. Setelah penelitian yang mendalam, para ahli termasuk dokter di WHO menyatakan vaksin MMR tidak terkait dengan peningkatan kasus autisme di dunia.

Berbagai penelitian telah dilakukan dan tidak ditemukan kaitan antara vaksin MMR dengan autisme. Salah satu studi terbesar dan jangka panjang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine di tahun 2002. Studi itu mengamati kesehatan 537.000 anak dan menemukan angka autisme antara anak yang mendapat vaksin dan tidak ternyata sama saja.

4. Vaksin tidak 100 persen aman
Mitos ini mungkin ada benarnya. Namun, berjalan kaki pun tidak menjamin kita aman 100 persen bukan? Kita bisa saja terjatuh atau tersenggol motor. Nyatanya hal itu tidak membuat orang jadi takut untuk berjalan kaki di pinggir jalan.

Kebanyakan vaksin yang diberikan lewat injeksi memang bisa menyebabkan nyeri, merah dan bengkak pada kulit di bagian yang disuntik. Efek samping lainnya adalah demam dan reaksi alergi. Kendati begitu, sifat efek samping itu individual. Lagipula risikonya lebih besar jika anak tidak diimunisasi. Teknologi vaksin pun semakin canggih sehingga reaksi terhadap vaksin jauh lebih jarang dan ringan.

5. Vaksin tidak efektif cegah penyakit
Kebanyakan vaksin yang sekarang ini beredar sudah ada dalam kurun waktu 50 tahun, sehingga kebanyakan orangtua tidak mengenal jenis-jenis penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi.

Misalnya saja, sebelum vaksin tersedia tahun 1963, hampir seluruh anak di AS terkena cacar air sebelum usia 15 tahun. Di negara itu, penyakit ini tiap tahun membunuh 450 orang, kebanyakan anak-anak. Namun setelah vaksin diperkenalkan, kasus cacar air menurun menjadi hanya 37 di tahun 2004.

Sayangnya, sejak tahun 2006, jumlah anak yang terkena cacar air meningkat menjadi 130. Menurut data CDC, kebanyakan anak tersebut tidak divaksin atas permintaan orangtua pasien sendiri.

Tren yang sama juga terjadi di Inggris dimana jumlah penderita cacar air naik dari 56 kasus di tahun 1998 menjadi 1324 kasus di tahun 2008. Penyebabnya juga karena orangtua tak mau memvaksin anaknya.

Thursday, December 22, 2011

Penyakit Tuberkulosis (TBC)


Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

Penyebab Penyakit (TBC)

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.

Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

1. Gejala umum (Sistemik)
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus (Khas)
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Penegakan Diagnosis pada TBC

Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :

- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan fisik secara langsung.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
- Rontgen dada (thorax photo).
- dan Uji tuberkulin.

Pengobatan Penyakit TBC

Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.

Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

Penyakit Demam Tifoid (typhus )

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.

Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.

Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid

Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain:

Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.

Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.

Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
Diagnosa Penyakit Demam Tifoid

Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.

Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.

Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.

Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).

Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).

Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

Komplikasi Penyakit Demam Tifoid

Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.

Diet Penyakit Demam Tifoid

Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
Tidak mengandung banyak serat.
Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.

Pencegahan Penyakit Demam Tifoid

Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

Tuesday, December 6, 2011

Afiliasi Awal Bros

PERUSAHAAN

PT SEMEN TONASA


PT. PRIMA KARYA MANUNGGAL

PT. BIRINGKASSI RAYA

PT. FAJAR FARMATAMA

PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS

BRI WIL. MAKASSAR

PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING

PT. SEMEN BOSOWA MAROS

PT. AKS PRECISION BALL

PT. TRAKINDO UTAMA

PT. PLN CAB.SULSEL, SULBAR & SULTENG

PT. ANTAM

PT. AKS PRECISION BALL INDONESIA

PT. CHITRA PRATAMA

PT. HOLCIM INDONESIA, TBK
PT JAPFA

BOSOWA RESOURCES

PT WASKITA KARYA
PERUM PERUMNAS

PT MARS SYMBIOSCIENCE INDONESIA



PT POS INDONESIA

PT ANEKA TAMBANG TBK
UBPN SULTRA

PT AVESTA CONTINENTAL PACK

PT BOSOWA PROPERTY GROUP

PT BOSOWA BERLIAN MOTOR

PT PHAPROS TBK

PT BOSOWA PROPERTY GROUP

JICA INDONESIA




ASURANSI
PT AJ GENERALI INDONESIA
INTERNATIONAL SOS
TRITUNGGAL MANDIRI SOLUSINDO (TMS HEALTHCARE)
PT. ZAKIRAH HEALTH CARE
PT ACE LIFE ASSURANCE
PT. ASURANSI BINA DANA ARTA (ABDA)
PT. LIPPO GENERAL INSURANCE
PT. ASURANSI JIWA INHEALTH INDONESIA
PT. ASKES (PERSERO)
PT. MNC LIFE ASSURANCE
PT. KARTIKA BINA MEDIKATAMA (MEDIKA PLAZA) PT.ASURANSI JIWA TUGU MANDIRI

PT ASURANSI ASTRA BUANA

PT ASURANSI CENTRAL ASIA
PT ASURANSI TAKAFUL KELUARGA GESA ASSISTANCE
PT ASURANSI ALLIANZ LIFE INDONESIA PT ASURANSI JIWA KRESNA
ASURANSI JIWA BERINGIN JIWA SEJAHTERA

Friday, December 2, 2011

DAMPAK MENGKONSUMSI ALKOHOL/MINUMAN KERAS



http://dhiez.files.wordpress.com/2010/10/alcohol.jpg?w=300
Konsumsi minuman beralkohol bagi wanita yang sedang hamil akan merusak sang jabang bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Julie Croxfor dari Wayne State University School of Medicine di Detroit (AS) menunjukkan bahwa konsumsi itu akan berdampak pada kemampuan kognitif anak dikemudian hari.

Menurut Julie, selain masalah koginitif anak yang lahir dari seorang ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohol saat hamil juga akan mengalami masalah dengan rendahnya perhatian dan reaksi.

“Implikasi yang tepat dari anak yang dikandung oleh seorang ibu dengan konsumsi minuman beralkohol akan membuat sejumlah masalah yang sangat kompleks,’ tutur Julie Croxford.

“Hal yang membuat anak-anak akan mengalami tantangan yang lebih berat dalam interaksinya di sekolah.”


Hasil penelitian Julie Crocford dipublikasikan melalui `the journal Alcoholism: Clinical & Experimental Research` edisi Agustus.
Studi melibatkan 337 anak yang berusia 7.5 tahun yang memiliki catatan saat dikandung.

Anak-anak ini menghadapi tantangan yang besar karena proses kognitig yang sangat lambat serta bereaksi yang buruk.

Empat kemampuan kognitif pada anak-anak yang diteliti ini termasuk : scanning memory jangka pendek, rotasi mental, perbandingan jumlah dan proses perbedaan.

Mattwe J Burden yang menjadi rekan penelitian ini mengatakan bahwa anak-anak ini akan mengalami pemahaman yang lemah pada proses perhitungan.

Kemampuan dalam aritmatika misalnya merupakan sebuah jenis kemampuan bentuk verbal yang dipadukan dengan kemampuan kognitif.

Konsumsi alkohol selama kehamilan berlangsung sudah lama diketahui banyak menyebabkan dampak buruk seperti dampak fisik dan mental.

Wanita yang tetap mengkonsumsi alkohol (meski semakin hari semakin turun) selama hamil disarankan untuk mengurangi kebiasaan itu karena dampak yang terjadi pada janin sangatlah berarti

Selama ini dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebih yang paling banyak diketahui orang adalah mabuk semata, dan itupun dapat hilang dengan sendirinya. Tapi ternyata efek negatif itu tidak berhenti sampai disitu saja.Tak sekedar menyebabkan mabuk, alkohol juga memiliki dampak negatif lain bagi tubuh.

Berikut ini adalah pengaruh buruk akohol bagi kesehatan yang mungkin belum anda ketahui sebelumnya:
· Mabuk: Konsumsi alkohol yang banyak dapat membuat mabuk dan menyebabkan korban mengalami sakit kepala, mual, muntah serta nyeri pada bagian tubuh tertentu.
· Berat badan naik: Karena pada umumnya minuman beralkohol memiliki kadar kalori dan gula yang tinggi.
· Tekanan darah tinggi: Alkohol merupakan pemicu tekanan darah.
· Sistem kekebalan tubuh menurun: Dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, maka tubuh anda akan mudah terserang infeksi.
· Kanker, penyakit jantung, gangguan pernafasan & gangguan hati: Semakin sering dan semakin banyak jumlah alkohol yang anda konsumsi, semakin besar pula resiko anda terjangkit kanker, penyakit jantung, gangguan pernafasan dan gangguan pada organ hati.
Mengonsumsi minuman beralkohol itu boleh-boleh saja, apalagi saat berkumpul dengan teman dan relasi. Tapi anda harus ingat: semua ada batasannya. Sayangilah tubuh anda.
Konsumsi minuman beralkohol sebanyak dua gelas atau lebih per hari dapat meningkatkan faktor risiko aneurisma aorta abdominal pada pria. Demikian laporan para ilmuan Harvard yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology edisi April 2007.Aneurisma aorta abdominal (AAA) terjadi ketika dinding aorta – pembuluh darah arteri terbesar dalam tubuh manusia yang mengalirkan darah ke jantung – meregang atau melemah ketika melewati abdomen (perut). Pompaan darah melalui arteri tersebut dapat menyebabkan dinding yang telah lemah menjadi melembung dan dapat pecah sehingga menyebabkan kematian pada sebagian besar pasien.
 
Dr. Daniel R. Wong dari Harvard School of Public Health di Boston melakukan analisa data kohort dari 39.000 pria ,termasuk 376 diantaranya yang baru didiagnosa menderita kasus AAA, pada tahun 1986 sampai 2002.
Setelah memperhitungkan berbagai faktor risikoyang lain, termasuk merokok dan tekanan darah tinggi, mereka menemukan kaitan langsung antara konsumsi alkohol dan diagnosa AAA. Hubungan tersebut bahkan lebih kuat ketika para peneliti memperoleh data konsumsi alkohol terbaru.
Ketika dibandingkan dengan mereka yang tidak minum alkohol, orang yang meminum alkohol sebanyak 2 gelas (30g) per hari mempunyai risiko AAA sebanyak 21 persen lebih tinggi.

Para peneliti mencatat bahwa dibandingkan dengan anggur dan bir, cairan alkohol (liquor) menunjukkan hubungan terkuat dengan AAA.
Ilmuan tersebut menyatakan,”Konsumsi alkohol ringan tidak menunjukkan bahaya maupun manfaat terhadap aneurisma.”
Dr. Wong mengatakan kepada Reuters Health bahwa hasil penemuan ini harus dipandang dalam konteks manfaat konsumsi alkohol terhadap risiko penyakit kardiovaskular yang ditemukan akhir-akhir ini dan diperlukan bukti-bukti lebih lanjut untuk mengkonfirmasikan kedua penemuan yang bertolak-belakang tersebut.

Ia menambahkan,” Namun demikian, hasil penelitian ini meningkatkan kewaspadaan dan merupakan peringatan terhadap konsumsi alkohol dalam jumlah yang lebih tinggi pada pria yang mungkin telah mengalami atau mempunyai risiko aneurisma aorta.”

Rabies Diagnosis Dan Tatalaksana

Rabies merupakan salah satu penyakit infeksi pada manusia yang paling lama dikenal. Istilah rabies sudah dikenal sejak zaman Babilonia pada abad ke-23 SM dan Democritus  menulis secara jelas tentang hewan  yang menderita rabies pada tahun 500 SM. Tulisan tentang rabies pada manusia dengan gejala hidrofobia dibuat oleh Celsus pada abad pertama dan gejala klinis mengenai rabies ditulis secara jelas oleh dokter Italia bernama Fracastoro pada abad ke-16. Pada tahun 1880 Louis Pasteur mendemonstrasikan adanya infeksi pada susunan saraf pusat, sedangkan virus rabies sendiri baru dapat diperlihatkan dengan mikroskop elektron tahun 1960.

Walaupun telah tersedia vaksin rabies yang efektif dan aman bagi manusia dan hewan sehingga rabies dapat dicegah (vaccine-preventable disease), sampai saat ini rabies masih menjadi masalah kesehatan penting di berbagai negara Asia, Afrika dan Amerika Latin mengingat ketersediaan vaksin dan imunoglobulin yang terbatas dan relatif mahal; sebagian besar pasien meninggal tanpa penanganan memadai. Boleh dikatakan rabies merupakan penyakit zoonosis mematikan yang terabaikan (neglected zoonotic disease). Tanggal 28 September telah ditetapkan oleh WHO sebagai hari rabies sedunia (World Rabies Day).

EPIDEMIOLOGI

Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia, kecuali Australia, Inggris, sebagian besar Skandinavia, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang, Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang per tahun dan terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Eurasia. Negara endemis rabies antara lain India, Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia, Meksiko, Brasilia, Amerika Serikat dan Amerika Tengah. Negara dengan kejadian rabies tertinggi di dunia  adalah India dengan 30.000 kasus kematian per tahun atau 3 : 100.000 penduduk. (1990 - 2002) kurang lebih 60 % dari kematian  karena rabies diseluruh dunia.

Dari tahun 2004 sampai 2007 dilaporkan berturut-turut 1.308, 889, 1.708, 1.396 kasus gigitan hewan tersangka rabies di Indonesia. Kejadian sesungguhnya mungkin lebih besar karena sebagian pasien meninggal di rumah tanpa terdiagnosis. Di Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2001 sampai 2006 tercatat 15 kasus kematian karena rabies (data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).

Di Indonesia hewan penggigit yang paling banyak adalah anjing (90 %), kucing (6 %), monyet dan lain-lain (4 %). Penelitian di India menunjukkan hewan penggigit adalah anjing (96,2 %), kucing (1,7 %), hewan lain (2,1 %).2 Di Brazilia hewan penggigit terbanyak adalah serigala, anjing, kucing dan kelelawar.12 Pada bulan Juli - September 2005 dilaporkan 6 kematian karena rabies yang disebabkan oleh gigitan kelelawar vampir (Desmodus rotundus) di daerah pedesaan Alto Turi, Provinsi Maranhao, Brazilia; di daerah ini gigitan kelelawar vampir sering terjadi (3,9 % populasi atau lebih dari 900 orang selama tahun 2004). Harijanto dari Sulawesi Utara mendapatkan bahwa kasus
rabies paling banyak terjadi karena gigitan anjing di ekstremitas bawah. Penelitian di India yang mencakup lebih dari 9.000 kasusselama 10 tahun menunjukkan lokasi gigitan terbanyak adalah ekstremitas bawah (56,2 %), ekstremitas atas (20,9 %) dan tangan (17,0 %), lokasi lain adalah kepala/ leher (11,5 %), badan (1,7 %), lain-lain (2,1 %).

PATOGENESIS

Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah luka gigitan, sistem kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala, muka, leher 30 hari; gigitan di lengan, tangan, jari tangan 40 hari; gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari. Penelitian epidemiologis di India menunjukkanpada gigitan di ekstremitas bawah masa inkubasi 15 - 545 hari (rata-rata 75 hari), sedangkan gigitan pada tangan 8 - 360 hari (rata-rata 60 hari), gigitan pada badan rata-rata 45 hari, dan gigitan pada kepala/wajah 12 - 180 hari (rata-rata 22 hari).

Masa inkubasi kebanyakan 31 - 90 hari (53,2 %), 15 - 30 hari (17,9 %), 91 - 180 hari (14,0 %), masa inkubasi antara 0 - 14 hari 5,1 %, 181 - 365 hari 5,1 %, lebih dari 1 tahun 4,7 %. Data menunjukkan 85 % kasus masa inkubasinya antara 2 minggu sampai 6 bulan. Penelitian lain di Bangalore, India menunjukkan 95 % kasus masa inkubasinya < 6 bulan.

Penyebaran virus secara sentripetal melalui endoneurium sel Schwann dan aliran aksoplasma, mencapai ganglion dorsalis dalam waktu 60 - 72 jam. Selanjutnya virus menyebar dengan kecepatan 3 mm/ jam menuju SSP (otak dan medula spinalis) melalui cairan serebrospinal. Di otak virus memperbanyak diri di semua neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen, saraf volunteer maupun saraf otonom, selanjutnya mencapai otot skeletal, otot jantung, medula adrenal, ginjal, mata, pankreas. Pada tahap berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi, urin dan air susu.

MANIFESTASI KLINIS

Dibagi menjadi 4 stadia: stadium 1 prodromal tidak khas; stadium 2 seperti ensefalitis akut; stadium 3 ensefalitis rabies; stadium 4 kematian. Stadium prodromal berlangsung 1 - 4 hari, ditandai demam, nyeri kepala, malaise, nyeri otot, lelah, anoreksia, mual, muntah, nyeri tenggorok, batuk. Bila disertai parestesi dan fasikulasi di tempat inokulasi virus, harus dicurigai infeksi rabies.

Sensasi ini ditemukan pada 50-80 % pasien, berhubungan dengan multiplikasi virus di jaringan saraf ganglion dorsalis. Pada stadium 2 terjadi gejala neurologis akut khas furious (buas) bila mengenai midbrain dan medula spinalis atau sebagian kecil paralitik (atipikal) bila mengenai medula spinalis saja. Kasus paralitik dilaporkan dari Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Di India diperkirakan 20 % kasus rabies bermanifestasi paralitik.

Tipe paralitik ditandai kelemahan umum, parestesi, demam, kesulitan menelan dan sesak napas, tanpa agitasi. Pada bentuk furious, pasien menjadi hiperaktif, halusinasi, agitasi, menggigit, diselingi periode tenang. Timbul bermacam-macam fobia karena rangsang luar seperti hidrofobia (khas untuk rabies), aerofobia, fotofobia.

Pada stadium 3 timbul gangguan fungsi SSP ditandai diplopia, hipersalivasi, gangguan menelan, gerakan involunter, fluktuasi suhu tubuh, dan dapat terjadi orgasme spontan. Selain itu didapatkan gejala otonomik seperti hipertermi, takikardi, hipertensi, hipersalivasi. Meskipun sering kejang, pasien biasanya tetap sadar. Gejala eksitasi dapat berlanjut sampai pasien meninggal. Kematian
pada stadium ini terjadi karena gagal napas akibat kontraksi hebat otot-otot pernapasan atau keterlibatan pusat pernapasan dan henti jantung akibat stimulasi nervus vagus. Apabila pasien tidak meninggal pada stadium ini, pasien akan masuk stadium paralisis yang ditandai demam, nyeri kepala, paralisis ekstremitas yang digigit, mungkin difus atau simetris atau dapat menyebar  asendens seperti sindrom Guillain Barre, kaku kuduk, kesadaran menurun, disorientasi, stupor dan akhirnya koma.

Koma dapat terjadi dalam 10 hari setelah gejala rabies tampak, berlangsung beberapa jam sampai berbulan-bulan dan akhirnya meninggal karena kelumpuhan otot pernapasan. Pada stadium koma dapat terjadi berbagai komplikasi seperti peningkatan tekanan intrakranial, kelainan hipotalamus berupa diabetes insipidus dan SAHAD, hipertensi atau hipotensi, hipertemi atau hipotermi, rabdomiolisis, apnea, aritmia, henti jantung.

Penelitian di India menunjukkan hidrofobia pada 95,7 % pasien, aerofobia 66,4 %, fotofobia 33,2 % dan paralisis 21,3 %. Suatu keadaan menyerupai rabies adalah rabies histerik yaitu reaksi psikologis orang-orang yang kontak dengan hewan atau pasien yang diduga mengidap rabies. Orang rabies histerik akan menolak minum air (pseudohidrofobia) sedangkan pasien rabies sering merasa haus dan pada awalnya menerima air dan minum, namun terjadi spasme laring.

Kriteria diagnosis rabies (WHO) adalah kasus suspek (berdasarkan gambaran klinis saja), kasus probable (kasus suspek plus riwayat kontak dengan hewan pengidap rabies), kasus confirmed Pemeriksaan penunjang: isolasi virus dari saliva, apusan tenggorok, trakea, kornea, cairan serebrospinal, urin; deteksi RNA virus melalui reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR);
deteksi neutralizing antibody dalam serum pasien yang tidak divaksinasi; pemeriksaan indirect fluorescent antibody test, rapid fluorescent focus inhibition test (RFFIT) untuk deteksi antibodi spesifik (di Amerika Serikat sebagai tes standard, hasilnya dapat diperoleh dalam 48 jam); pemeriksaan fluorescent antibody test (FAT) untuk identifikasi antigen virus rabies di jaringan otak,  cairan serebrospinal, urin; pemeriksaan histopatologis untuk mendapatkan negri bodies, suatu badan asidofilik berbentuk bulat dengan butir-butir basofilik di dalamnya, di jaringan otak (positif pada 71 - 90 % pasien rabies).

Rabies harus dipikirkan pada semua pasien dengan gejala neurologis dan psikiatris akut atau gejala laringofaringeal yang tidak bisa dijelaskan, khususnya bila terjadi di daerah endemis atau orang yang digigit hewan di daerah endemis rabies.

Diagnosis banding rabies antara lain ensefalitis virus herpes, enterovirus, arbovirus (misal virus West Nile, Japanese encephalitis), virus Nipah. Rabies paralitik harus dibedakan dari sindrom Guillain Barre, poliomielitis, ensefalitis virus, ensefalitis postvaksinasi. Ensefalitis post-vaksinasi biasanya karena pemberian VAR generasi lama yaitu nerve  tissue vaccine (1 : 200 - 1 : 1600)
yang sejak tahun 2005 tidak diproduksi lagi.

PENATALAKSANAAN

Penanganan meliputi isolasi pasien untuk menghindari rangsangan yang menimbulkan spasme otot dan mencegah pe-nularan; penanganan luka dengan pencucian, desinfeksi, debridement, pemberian tetanus toksoid atau tetanus imunoglobulin serta antibiotik; pemberian vaksin anti rabies (VAR) dan atau serum anti rabies (SAR); terapi simptomatik dan suportif seperti pemberian sedatif, analgetik, antikonvulsan; terapi terhadap komplikasi respirasi dan kardiovaskuler seperti pemasangan ventilator, defibrilasi. Vaksin rabies dianjurkan diberikan pada semua orang dengan riwayat kontak dengan hewan
pengidap rabies, kecuali kontak hanya jilatan pada kulit utuh. Vaksin rabies yang lazim saat ini adalah tissue culture vaccine, suatu inactivated vaccine yang ditumbuhkan pada kultur sel seperti human diploid cell vaccine (HDCV), diproduksi sejak tahun 1964 dengan nama dagang Imovax®, purified vero cell
rabies vaccine (PVRV), diproduksi mulai tahun 1985 dengan nama Verorab®, purified chick embryo cell vaccine (PCEC) dengan nama Rabipur® yang mulai dipasarkan tahun 1985. Vaksin generasi lama seperti suckling mouse brain vaccine (SMBV), suatu nerve tissue vaccine dan duck embryo vaccine (DEV), suatu non-nerve tissue vaccine, tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan komplikasi ensefalomielitis post-vaksinasi dan reaksi anafilaksis. Namun demikian nerve tissue vaccine masih diproduksi dan dipergunakan di beberapa negara Asia. WHO merekomendasikan pemberian VAR secara intramuskuler pada otot deltoid atau anterolateral paha 0,5 ml pada hari 0, 3, 7, 14, 28 (regimen Essen), sedangkan Depkes RI menganjurkan pemberian tiga kali pada hari 0, 7, 21 (regimen zagreb).8,21

Karena mahalnya harga vaksin, di Thailand digunakan regimen Thai Red Cross Intradermal (TRC-ID), dengan pemberian 0,1 ml intradermal 2 dosis pada hari 0, 3, 7 kemudian 1 dosis pada hari 28 dan 90.22 Jika sudah mendapat vaksin rabies dalam 5 tahun terakhir, bila digigit anjing tersangka rabies, vaksin diberikan hanya 2 dosis yaitu hari 0 dan 3, namun bila gigitan dikategorikan berat, vaksin diberikan lengkap. VAR dapat diberikan pada ibu hamil atau bayi. SAR diberikan pada orang dengan luka gigitan multipel, luka lebar dan dalam,
jilatan pada mukosa, luka di leher dan kepala, jari tangan atau kaki, atau di genitalia. Human rabies immune globulin (BayRab®, Imogam®) diberikan dengan dosis tunggal 20 IU/ kgBB : setengah dosis infiltrasi daerah sekitar luka dan setengah dosis intramuskuler di tempat yang berlainan dengan suntikan VAR, diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama VAR.

Pemberian VAR maupun SAR dapat menimbulkan efek samping ringan lokal maupun sistemik seperti nyeri, eritema, edema tempat suntikan, demam, nyeri kepala, mual, nyeri otot, nyeri sendi. Pada pemberian HDCV gejala seperti sindrom Guillain Barre sangat jarang terjadi, sedangkan ensefalomielitis tidak
pernah dilaporkan lagi pada pemberian PVRV.1 Reaksi anafilaksis sangat jarang.

Dalam dekade terakhir ini tidak ada perkembangan yang berarti dalam penanganan infeksi rabies. Jackson dkk menuliskan perlunya penanganan rabies secara lebih agresif dengan pemberian VAR, SAR, ribavirin, interferon alfa dan ketamin.

PROGNOSIS

Kematian karena rabies boleh dikatakan 100 % bila virus sudah mencapai sistem saraf. Dari tahun 1875 sampai 1972 dilaporkan 10 pasien sembuh dari rabies namun sejak tahun 1972 sampai sekarang belum ada pasien rabies yang dilaporkan hidup.

Berbagai penelitian dari tahun 1986 sampai 2000 yang melibatkan lebih dari 800 kasus gigitan anjing rabies yang segera mendapat VAR dan SAR menunjukkan angka survival 100 %. Data dari India yang dikumpulkan dari 22 rumah sakit di 18 negara bagian selama tahun 1992 - 2002 (> 9000 kasus rabies), menunjukkan hanya 20,9 % pasien mendapat VAR dan hanya 1,3 % mendapat SAR, 40,5 % pasien tidak mendapatkan terapi sama sekali; hanya 55,8 % pasien yang sempat dirawat di rumah sakit dan 50,6 % pasien dilaporkan meninggal di rumah. Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 2001 - 2006 menunjukkan 1.617 kasus gigitan anjing yang dilaporkan dan 855 (52,9 %) pasien mendapat VAR.

PENCEGAHAN

Diperlukan kontrol terhadap hewan pengidap rabies dan anjing liar, vaksinasi hewan peliharaan yang berpotensi terkena rabies, vaksinasi profilaksis (pre-exposure immunization) pada individu berisiko tinggi terpapar virus rabies seperti dokter hewan, pekerja di kebun binatang, petugas karantina hewan, penangkap binatang, petugas laboratorium penelitian yang bekerja dengan virus rabies dan wisatawan ke daerah endemis rabies seperti Meksiko, Thailand, Filipina, India, Sri Lanka.

Beberapa penelitian menunjukkan risiko rabies karena gigitan anjing di daerah endemis 1- 3,6 : 1000 wisatawan/ bulan. Vaksinasi profilaksis diberikan secara intramuskuler (0,5 ml) pada hari 0, 7 dan 28 lalu booster setelah 1 tahun dan tiap 5 tahun.

Dosis VAR pada anak sama dengan orang dewasa. Pada wanita hamil dan menyusui sebaiknya vaksinasi profilaksis ditunda. Efektifitas vaksin dilaporkan mencapai 100 %. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah pencucian luka secara benar dan pemberian segera VAR dan SAR pada pasien yang mengalami gigitan hewan pengidap rabies karena bila virus sudah mencapai sistem saraf kematian mencapai 100 %.



7 VIRUS PALING MEMATIKAN DI DUNIA


           1) Yang pertama adalah EBOLA VIRUS

              
Virus ebola adalah virus yang menyebabkan penyakit ebola, gejala yang timbul dari virus yang berasal dari negara kongo ini antara lain : muntah, diare, pendarahan dalam dan luar anus dan demam. tingkat kematian yang di sebabkan oleh virus yang berasal dari kera ini mampu mencapai 90% dan seseorang dapat meninggal dalam jangka waktu 7 hari setelah orang tersebut terjangkit virus ini dan sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang mampu menyembuhkan penyakit ebola tersebut.

                  2) ENTEROVIRUS

Virus ini dapat menyebabkan radang otak, gejala serangan enterovirus yang diduga berasal dari china ini sangat mirip dengan gejala flu biasa sehingga sulit dideteksi. selanjutnya akan muncul benjolan kecil merah berair pada telapak tangan, kaki berikut sariawan di mulut, pada kondisi parah entero virus dapat menyerang jaringan saraf dan otak yang bisa berujung kematian.
virus ini mudah menular melalui saluran cerna, berkembangbiak di mulut dan tenggorokan juga banyak di jumpai di feses pasien. virus ini sudah masuk ke indonesia dan menjangkit 3 orang di Sumatra.


                   3) SARS ( SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)
Penyakit ini disebabkan oleh virus SARS atau penyakit radang paru-paru. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di propinsi Guandong Tiongkok setelah itu SARS menyebar ke berbagai negara melalui wisatawan internasional. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia. Gejala yang sering dialami pasien adalah demam diatas 38 derajat celcius dan gejala seperti flu yaitu batuk, radang tenggorokan dan gejala non spesifik lainnya lalu sesak nafas bisa terjadi kemudian. virus ini disebut sebagai virus akhir zaman dan ada spekulasi yang mengatakan bahwa virus ini adalah buatan manusia.


                     4) HEPATITIS B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain

                       5) VIRUS H1N1 (FLU BABI)

                           
Virus influenza A subtipe H1N1, yang juga dikenal dengan A(H1N1), adalah satu subtipe dari virus influenza Adan banyak menyebabkan penyakit influenza (flu) pada manusia. Beberapa strain H1N1 bersifat endemik pada manusia, termasuk strain yang bertanggung jawab terhadap 1918 kasus pandemi flu yang membunuh 50-100 juta orang di dunia. Strain H1N1 yang sedikit virulen masih ada secara liar saat ini, menyebabkan fraksi kecil dari penyakit mirip flu dan fraksi besar dari flu musiman. Strain H1N1 secara kasar menyebabkan separuh dari kasus infeksi flu pada tahun 2006. Dan strain H1N1 yang lain bersifat endemi pada babi dan burung.
 
Pada bulan Maret dan April 2009, ratusan laboratorium menemukan infeksi dan sejumlah kematian yang disebabkan oleh merebaknya strain baru dari H1N1 

                             6) H5N1 ( FLU BURUNG)
Flu burung ( avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
                       


                             7) HIV (HUMAN IMUNNODEFICIENCY VIRUS)
                         
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.